Senandung Penutup

Yth, kamu yang aku cintai
Di -
Ruang kosong dalam hati kepunyaanku

Assalamualaikum wr.wb
Bersama ini aku sampaikan bahwa :
Terlepas dari apa yang kau baca, percayalah ini semua ungkapan perasaan yang ingin sekali disuarakan, tapi lisan enggan sekali menyuarakan.
Percayalah ini semua bersumber dari hatiku, manusia yang suka sekali berekspetasi tinggi, manusia yang suka sekali jatuh dan manusia yang gemar sekali risau.
Bersama ini pula aku sampaikan bahwa setiap hati akan punya tempat untuk berpulang. Akan punya rumah untuk berteduh dan akan punya ruang untuk berkembang. Dengan apa dan bersama siapa perasaanmu nanti bertumbuh, aku akan mendukung. Munafik sekali jika ku katakan aku akan baik-baik saja dengan apa rencanamu. Klise jika ku katakan bahwa aku akan bahagia melihatmu bahagia bersama pilihanmu. Tapi seterpuruk dan sekecewanya aku, aku tetap ingin melihatmu memilih tulang rusukmu. Ingin melihatmu bahagia bersama apa pilihan hidupmu. Karna memaksamu untuk memilihku bukan jalan yang benar-benar baik untuk kita lalui.

Untuk semua kata yang mungkin pernah dengan tak sengaja melukai perasaanmu, aku minta maaf. Untuk semua candaan dan gurauan perasaan yang membuatmu jadi ingin menjaga jarak denganku, aku juga minta maaf.
Dua tahun mengenalmu sudah cukup bagiku. Bahagia bertemu denganmu, bahagia pula bisa banyak belajar tentang apa saja darimu. Dua tahun juga waktu yang cukup lama untuk bisa membuat begitu banyak salah dan khilaf, terlepas dari kata yang mungkin tak pernah lagi terkontrol dibalik layar ponsel yang menemani komunikasi kita selama ini. Aku haturkan begitu banyak maaf karna telah menuntut banyak dari pertemanan yang telah kita jalani. Aku sadar, tidak semua bahagiaku adalah bahagiamu. Tapi aku percaya bahwa bahagiamu adalah salah satu dari bahagiaku.

Jiwa mana yang bisa dengan mudah melepas?
Jiwa mana yang bisa dengan mudah mengikhlas?
Jika dia mampu melepas dengan ikhlas tanpa ada jeda waktu, aku rasa dia adalah manusia paling hebat di Bumi. Aku mampu melakukannya, tapi aku tak tau harus berapa lama waktu yang aku habiskan untuk terus hanyut dalam merela dan mengikhlaskanmu.

Dulu aku dengan yakin memilihmu, sehingga aku tak peduli pada siapapun yang ingin bertamu. Kini, setelah aku menyerah, aku masih tetap yakin memilihmu. Entah apa yang harus ku perjuangkan agar keyakinanku menjadi nyata adanya. Mengapa Tuhan masih meyakinkan hatiku untuk tetap memilihmu? Akankah aku sudah pernah kau sebut dalam doamu?

Kita memang sudah terbatasi jarak sejak lama, menjalani hidup tanpa saling tau rutinitas masing-masing. Aku tak pernah tau dengan siapa kau dekat dan kau juga tak pernah tau dengan siapa saja aku dekat. Detik inipun aku tak tau apa sudah adakah sosok yang dekat denganmu selain aku. Mungkin ini salah satu alasan mengapa aku masih betah saja bertahan. Entahlah bagaimana jadinya jika aku tau bahwa dirimu ternyata sudah memilih yang lain.

Selama tanganku mampu mengetik pesan untukmu, aku tak sama sekali punya nyali untuk bertanya sedang dekat dengan siapa dirimu. Aku tak ingin kecewa terlalu cepat jika nanti ternyata kau sudah ada yang mengisi. Aku tau, kini ataupun nanti jika tidak bersamaku, aku tetap saja akan kecewa. Aku tak ingin terburu-buru untuk itu. Jikapun nanti aku harus kembali mengulang patah, setidaknya aku sudah matang mempersiapkan itu.

Yang ingin ku sampaikan kini adalah kita jangan pernah bertengkar. Jika nanti aku tak pernah lagi terlihat olehmu, berpikirlah positif bahwa aku butuh sendiri untuk membaik. Bukan untuk membencimu, tapi memulihkan sesuatu itu butuh waktu. Mencintaimu hingga seperti ini saja butuh waktu, bagaimana mungkin menghapuskannya hanya dengan satu langkah saja? Aku perlu jauh dulu berjalan kedepan, hingga semua itu tertinggal dan terlupa.

Baik burukku, suka dukaku, dan tangis tawaku, cukup kau simpan saja sebagai kenangan yang pernah membuat hari-harimu sedikit berwarna. Jangan ingat apapun keburukanku, simpan saja kebaikanku. Semoga apapun yang kau dapati dariku menjadi sumber kebahagiaan untuk dirimu.

Kembalilah kita pada keadaan canggung seperti dulu pertama kali kita bertemu. Akan ku serahkan jalan ceritanya padamu, akan kuikuti apapun peran yang kau berikan padaku. Jika suatu saat nanti kau mengizinkan aku untuk jadi rumahmu. Yakinilah bahwa perasaanku akan lebih besar dari apa yang sebelumnya pernah kau baca.

Bagiku kita adalah puing yang harus bersatu, entah kapanpun waktunya itu.

Peluk hangat, dariku yang masih ragu-ragu untuk mundur.
Wassalam.
Anns

Komentar

Postingan Populer