Pemikat.
Mentari pagi selalu memecahkan butiran embun yang jatuh pada sela-sela bunga yang mekar dipelataran hati. Kicauan burung berlomba-lomba untuk melantunkan nyanyian indah demi menghibur jiwa-jiwa yang hidup pada ketidakpastian cinta. Tak tau hingga kapan harus menunggu, kapan pula semestinya pergi.
Setiap kali mentari terbit, ia tau bahwa yang terlebih dulu mengucap selamat pagi adalah bukan ia, tapi dirimu. Mentari juga tau bahwa setiap kali ia terbit, kau selalu ada bersamaku, selalu ada mengisi setiap hariku. Hingga mentari terbenampun, ia masih tetap melihatmu sebagai sosok yang setia berjalan dibelakangku, walau terkadang kau tak pernah selalu ku pedulikan.
Aku tau, bahwa kau adalah orang yang mampu menunggu disaat hatiku masih bimbang memilih.
Aku tau, bahwa kau adalah orang yang mati-matian berusaha membuka hatiku, sedangkan hatiku masih mati-matian pula menutupnya untukmu.
Aku tau, bahwa aku adalah manusia yang tak sepantasnya melewatkan dirimu yang begitu nyaris dikata sempurna. Sempurna untuk jiwa-jiwa yang memang membutuhkanmu, tapi saat ini belum untukku.
Mengertilah, aku begini karna sebagian hatiku masih belum bisa menerimamu. Bahwa lebih dari setengah perasaanku sudah ku tinggalkan padanya. Bahwa apapun tentangnya belum mampu ku hapus dalam ingatan. Bahwa sebenarnya, aku dilahirkan sebagai wanita bodoh yang tetap hidup dalam rasa yang mematikan.
Dan aku sadar, bahwa apa yang sebenarnya kita lalui, adalah bagian yang sebenarnya tak ingin aku teruskan.
Maaf untuk patah hati yang ku timbulkan. Aku hanya tak ingin mengikat diri pada siapapun. Terlepas dari kecewanya aku pada masa lalu, hanya satu nama yang hingga kini mampu membuatku percaya bahwa luka tak akan mungkin lagi terulang. Dia yang mampu membuatku jatuh cinta kembali untuk pertama kalinya setelah patah yang kualami.
Jika sekiranya dia yang ku tunggu tak kunjung membalas, aku tak akan menuntutmu untuk kembali memintaku menerima rasamu. Bagiku, berteman saja akan lebih baik. Maaf untuk rasa yang belum sempat terbalaskan. Percayalah, aku sangat mengerti bagaimana rasanya berada diposisimu saat ini. Hanya saja aku tak ingin tenggelam bersama rasa yang tak semestinya dipaksakan.
Tulisan ini dibalas oleh temanku yang ada di Bumi. Setelah membaca ini, kalian bisa membaca balasannya di
http://bangsyaad.blogspot.com/2019/03/jenjam.html?m=1
Tertanda,
Aku dan bangsyaad~
Komentar
Posting Komentar