Jakarta dan Kau.
Selamat malam Jakarta.
Sepertinya sudah banyak perubahan setelah setahun aku tak berkunjung. Bagaimana dengan manusia-manusianya? Masih samakah? Bagiku hawanya masih sama seperti setahun lalu. Hiruk pikuknya tak berubah dan keramaiannya masih sama. Gedung-gedungnya pun masih sama tingginya. Seketika membuka pemikiran-pemikiranku yang sudah lama sekali beku. Aku suka Jakarta di malam hari. Seperti melihat begitu banyak bintang dari dekat.
Bahagia tentu bisa datang lagi berkunjung. Tentu bukan untuk membuka kenangan lama. Mengingat bahwa kenangan terindah waktu itu pernah ada dikota ini. Kenangan yang pada akhirnya berujung dengan kepatah hatian. Tapi sudah kukubur dan kuganti dengan yang lebih baik. Dan bukan berarti aku akan jadi pecundang untuk tidak berani memijakkan kaki lagi dikota ini. Bagiku bukan kenangannya saja yang sudah mati. Tapi sosoknya juga.
Kedatanganku kali ini bukan untuk menemui masa lalu, tapi membuka dan merangkai kenangan baru bersama seseorang yang baru. Tentu menjemput apa yang seharusnya ku jemput. Hanya dengan memenuhi keinginankulah aku bisa merasakan bagaimana bahagianya hidup menurut versiku. Walaupun terkadang kebahagian yang ku maksud adalah kesedihan untuk diriku sendiri. Begitulah diriku kini. Bahkan sudah tak lagi iba dengan perasaan yang mati sebelum sempat berbunga.
Jakarta sepertinya memang menjadi tempatku menjatuh isi hati. Sama seperti saat dulu pertama kali kekota ini. Kini masih sama, kota ini mampu membuatku jatuh cinta dengan sosok yang ada didalamnya. Dalam keramaian hanya sosoknyalah yang selalu ada dalam pikiranku. Dia mampu membuat keramaian dihatiku saat sedang sendiri, dan dia juga mampu membuat kesedihan dalam keramaian sekalipun. Sosok ajaib yang pernah aku kenal selama ini.
Jakarta dan kau tentu dua hal yang berbeda. Bagiku berkunjung ke Jakarta tidak hanya tentang kau, tapi juga tentang perasaanku. Semoga kau lekas mengerti.
Komentar
Posting Komentar