Cintaku terlahir di Makassar, Premature!

Lama sudah sejak terakhir kali kita bertatap di Jakarta waktu itu. Sudah setahun kiranya. Tak terasa ternyata waktu berlalu begitu cepat, membawa kita pada keadaan yang sangat jauh berbeda. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu. Bertemu denganmu, kemudian membawa pergi setengah kenangan tentangmu. Aku bahkan tak mengenal baik dirimu. Senekat itulah aku memberanikan diri untuk bersedia patah hati.
Coba saja saat itu aku tak jatuh hati, mungkin saat ini aku tak akan berandai-andai tentangmu. Sesederhana itu aku jatuh, tanpa tau mengapa memilihmu.

Kita saat itu hanya sepasang jiwa yang tengah berjuang. Mengapresiasikan diri untuk mampu menafkahkan diri. Aku rasa kau tak akan berfikir jauh, apalagi membayangkan akan kelak bersamaku. Siapa aku? Hanya perempuan yang baru kau kenal setengah tahun sebelum perjumpaan kita hari itu. Mustahil tentu, tapi bagiku kekuatan doa itu pasti ada. Aku tak berharap, tak juga ingin pasrah. Aku hanya punya juang yang selalu ku genggam erat, tanpa ingin kulepas.

Kau tau?
Dicinta adalah hal yang dari dulu selalu ingin ku dapat. Tanpa peduli bagaimana rasanya mencinta.

Kini setelah bertemu denganmu, hatiku memberontak. Ia ingin tau bagaimana rasanya jatuh padamu, seseorang yang dengan tulus ia pilih, bahkan tanpa tau bagaimana dirimu. Lalu, salahkah jika aku berusaha menolong hatiku untuk menerima sebaik-baiknya jawaban setelah itu? Aku hanya tak ingin ia kecewa, juga tak ingin memaksamu. Bagiku sebaik-baiknya jawaban adalah ketika kita mampu berdiskusi dalam satu pemikiran. Apa kita layak untuk tetap diusahakan atau bahkan melupakan.

Tentu bukan salahmu jika kau tak bersedia hanyut terlalu jauh dalam rasa yang ku timbulkan. Tenang, kau tak perlu sungkan. Hatiku sudah ku mantapkan untuk kembali kecewa. Setidaknya itu karna keinginanku, bukan ulahmu. Jadi, pilihlah sebaik-baiknya pilihanmu. Aku tak akan memaksa, bahkan tak akan mengusikmu.

Mencintaimu dalam diam seperti ini saja sudah membuatku lega. Bahkan lucu ketika melihat kau berusaha menerka-nerka siapa yang sedang aku cinta. Sekeras apa kau menerka orang lain, sekeras itulah aku mencintai dirimu. Terima kasih.

Tetaplah jadi dirimu seperti apa yang kau sampaikan. Aku mempercayainya, walaupun faktanya belum bisa kutemukan. Masa lalu pernah berbohong padaku, dan itu membuatku enggan untuk percaya pada siapapun, terkecuali dirimu. Mungkin kau adalah salah satu jawaban Tuhan yang pernah kuyakini mustahil untuk ada.

Kalau suatu saat kau tanya mengapa aku jatuh hati, jawabku tak tau. Dia terlahir premature. Jadi, cintaku itu bertumbuh di Jakarta. Lahirnya saja di Makassar.
Walaupun premature, aku harap ia akan punya umur yang panjang. Sepanjang umur yang Tuhan berikan padaku.

Komentar

Postingan Populer