Awal Mula Menuai Rasa dan Asa
Teruntuk kau yang sudah kukenal setahun ini. Terima kasih sudah hadir memekarkan rasa dihati. Menuai semua rasa suka dan kagum, rasa kasih dan sayang. Memahami setiap arti kenapa kita bertemu, kenapa bersapa dan akhirnya bertukar kabar. Selalu ada makna dibalik pertemuan, tapi aku tak ingin ada perpisahan setelahnya. Kita dipertemukan dengan sangat sederhana, tanpa direncanakan dan tanpa alasan. Tak ada yang lebih membuatku bahagia, selain melihatmu berjalan searah denganku.
Aku pernah sempat kecewa, karna ada hati yang mengisi harimu saat itu. Aku tak membantah, tak juga bisa menyalahkan. Pertemuan awal kita belum sempat membumbung asaku tinggi, dan aku masih bisa mengalah sebelum nantinya semakin dikecewakan. Aku tau saat itu kau sedang berbahagia dengannya, sedangkan aku hanya orang baru dikehidupanmu. Aku mengurungkan niatku untuk memekarkan rasa. Karna mencintai kepunyaan orang lain, bukanlah kemahiranku. Aku ikhlaskan semuanya saat itu, hingga akhirnya pertemuan denganmu bukan lagi hal yang aku tunggu tunggu.
Setelah aku redakan rasa, akhirnya aku singgah pada hati yang lain. Seseorang yang mampu mengalihkan ingatanku tentangmu. Aku berjalan dengannya dengan tujuan sama, tapi tak selaras adanya.
Sampai pada saatnya kita dipertemukan lagi setelah setengah tahun tak berkabar. Aku masih dengan kekasihku, dan kau sudah tidak lagi dengannya. Pertemuan itu mengingatkanku pada rasa yg tak sempat berbunga. Tapi aku sadar, hatiku sudah berbunga ditempat lain, dihati orang lain yang jelas jelas bukan dirimu.
Cinta yang begitu aku percayai ternyata menikamku dari belakang. Tertusuk tapi tak menemukan pisaunya, berdarah tapi tak bisa menahannya. Sakit tapi terpaksa harus ku nikmati.
Berjalannya waktu menjadikan aku dan kau semakin akrab. Rasa sakit yang ada sempat terobati olehmu. Walaupun aku sadar bahwa kau tak akan mengerti, bagaimana bahagianya aku menemukanmu setelah hatiku dipatahkan olehnya. Kau hadir tepat disaat aku butuh untuk berbagi duka. Dan kau sama, menjadikan aku sebagai tempatmu berbagi suka dan duka. Aku tak bisa pungkiri bahwa akhirnya cinta yg kupupuk dulu tentangmu, kini sudah berbunga.
Lalu bangaimana denganmu?
Apa kau sedang memupuk rasa padaku?
Atau mungkin sudah berbunga?
Atau bahkan kau tak menganggapku lebih dari seseorang yang kau kenal sebagai layaknya teman?
Aku tak bisa menerkamu. Kau terlalu sulit untuk ku artikan dalam tiap tindakan. Aku tau bahwa kau selalu baik pada siapapun, tidak hanya padaku. Dan akupun tau, bahwa aku membiarkan rasa ini berkembang walaupun kau belum jelas akan membalasnya. Tapi sejauh ini aku bahagia bisa dekat denganmu, bisa berdiskusi denganmu. Membicarakan banyak hal tanpa harus bertanya sedang apa aku. Tak ada hal yang istimewa di setiap percakapan kita. Hanya saja akan selalu ada rasa senang setiap kudapati namamu ada dipesan masuk ponselku. Kau ternyata sesederhana itu bisa mengembalikan senyumku yang sempat mati dulu.
Mungkin kau bertanya, apa yang membuatku kini menaruh rasa padamu. Sementara pertemukan terakhir kita tak pernah memberikan kesan apapun. Kau dan aku bahkan tak banyak bicara saat itu.
Mungkin kau lupa. Akan aku ingatkan bahwa jauh sebelum pertemuan kedua kita, aku sudah melihatmu dan sudah memilihmu. Tapi saat itu kau tak berfikiran sama denganku, karna kau masih dengan yang lain. Bahkan mengenalku saja mungkin tidak. Aku tak tau takdir semacam apa ini, hingga kini akhirnya kita dipertemukan untuk hubungan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Hubungan dimana aku bisa sedikit lebih tau tentangmu, apa kesukaanmu, apa yang tak kau suka, bagaimana karaktermu, bahkan cerita masa lalumu. Aku berfikir bahwa hal itu tak akan mungkin kau bagi dengan banyak orang, dan sekarang kenapa kau bagi denganku. Entahlah kalau ternyata pemikiranku salah. Entahlah kalau ternyata kau memang senang berbagi cerita masa lalumu, ke semua orang yang kau anggap baik. Entahlah kalau memang kau menganggapku sebagai teman baikmu, yang kau percaya untuk menyimpan semuanya.
Taukah kau bahwa sebenarnya aku tak ingin terlalu jauh larut dalam kehidupanmu. Tapi apa yang keperhatikan setiap harinya selalu tertuju padamu. Bahkan rasanya tak sanggup untuk sehari saja tidak berkomunikasi denganmu. Begitu kuatnya rasa hingga akhirnya aku terlihat begitu berharap padamu. Sedangkan aku tau bahwa berharap kepadamu tak akan pernah memberikan hasil dan jawaban yang lebih baik. Aku seperti sudah di rantai oleh semua pikiran bahwa dirimu kini adalah orang yang mampu mengisi hari hariku. Bahkan setelah sejauh ini, aku mendapati karakter yang memang tengah aku cari keberadaannya. Aku memilihmu karna kesenanganku pada apa apa yang kau sukai. Karna apa yang kau sukai juga aku sukai.
Aku tengah berfikir, apa rasa yang aku miliki nantinya akan hilang seiring tak adanya balasan dari dirimu terhadap rasaku. Atau mungkin kau sedang berusaha menumbuhkannya, untuk menjadikannya cinta terakhir yang akan berakhir dengan cara yang sangat mulia. Ah, mungkin khayalanku terlalu tinggi hingga lupa bahwa aku tak lebih baik dari perempuan lain diluar sana. Kekuranganku lebih banyak, bahkan tak akan bisa kau tutupi jika kau ingin menyeimbangi. Hanya saja ketika kau mampu menaruh rasa percayamu padaku, percayalah bahwa aku tak akan sama sekali mengecewakanmu.
Kini aku hanya perlu bantuanmu, beri aku signal yang jelas agar aku tau kemana sebaiknya rasa ini kubawa. Aku tak ingin berlarut, tak ingin juga patah untuk kesekian kalinya. Aku harap kau mengerti dan paham, bahwa mencinta sebelah pihak akan sangat menyulitkan. Aku hanya bisa selalu mendoakanmu, semoga kau tetap selalu mengisi kekosongan ini hingga akhir. Tak peduli sejauh apapun jarak yang membatasi.
Hari ke 16 di Bulan November
Teruntuk kau yang membuatku jatuh cinta kembali.
Komentar
Posting Komentar